Saturday, March 19, 2016

Laskar Pelangi Bab 5


Bab 5
Jumlah orang tionghua di kampung kami sekitar seperampat dari total populasi. ada orang kek, ada orang hokian ada orang tongsan dan ada yang tak tau asal usulnya. Bisa saja mereka yang lebih dulu mendiami pulau ini dari siapapun. Aichang, phok, kiaw dan khaknai, seluruhnya adalah perangkat penambang timah primitive yang sekarang di anggap temuan arkeologi, bukti bahwa nenek moyang mereka telah lama sekali berada  di belitong. Komunitas ini selalu tipikal rendah hati dan pekerja keras. Meskipun jauh terpisah dari akar budaya namun mereka senantiasa memilihara adat istiadatnya, dan dibelitong mereka beruntung karena tidak perlu jauh-jauh keJinchanying kalau ingin melihat tembok besar cina.

Persis bersebelahan dengan took-toko kelontong milik warga thionghua ini berdiri tembok tinggi yang panjang dan disana sini tergantung papan peringatan “dilarang masuk bagi yang tidak memiliki hak” diatas tembok ini tidak hanya ditancapi pecahan kaca yang mengancam tapi juga dililitkan  empat jalur kawat berduri seperti di kamp Auschwitz. Namun , tidak seperti tembok besar cina yang melindungi berbagai dinasti serbuan suku mongol di utara, dibelitong  tembok yang angkuh dan berkelak kelok sepanjang kiloan meter ini adalah pengukuhan sebuah dominasi dan perbedaan status social.

Di balik tembok itu terlindung sebuah kawasan yang di sebut gedong, yaitu negeri asing yang jika berada didalamnya orang akan merasa tak sedang berada dibelitong. Dan didalam sana berdiri sekolah-sekolah PN ( Perusahaan Negara ) Timah, Sebuah perusahaan yang paling berpengaruh dibelitong, bahkan sebuah hegemoni lebih tepat, karena timah adalah denyut nadi pulau kecil itu.

Satu sore seorang genteleman keluar dari tembok itu untuk berkeliling kampong dengan sebuah Chevrolet Corvette, lalu esoknya didepan sebuah majelis dia mencibir. “ Tak satupun kulihat ada anak muda memegang pacul! Tak pernah kulihat orang-orang muda demkian malas seperti disini”.

Ha? Apa diakira kami bangsa  petani.? Kami adalah buruh-buruh tambang yang bangga, padi tak tumbuh diatas tanah-tanah kami yang kaya material tambang! Laksana The Tower Of Babel, yakni menara babel metafora tangga menuju surga yang ditegakkan bansa babilonia sebagai perlambang kemakmuran 5.600 tahun yang lalu, yang brdiri arogan di antara sungai Tigris dan Eufrat ditanah yang sekarang disebut irak. Timah dibelitong adalah menara gading kemakmuran berkah tuhan yang menjalar sepanjang semenanjung malaka, tak putus-putusa seperti jalinan urat dipunggung tangan.

Orang melayu merogoh tangan kedalam lapisan dangkal alluvium, hampir disembarang tempat, akan mendapati lengannya berkilauan karena dilumuri ilemit atau timah kosong. Bermil-mil dari pesisir, Belitong tampak sebagai garis pantai kuning berkilauan karena bijih-bijih timah dan kuarsa yang disirami cahaya matahari.  Pantulan cahaya itu adalah citra yang lebih kemilau dari riak-riak gelombang laut dan membentuk semacam fatamorgana pelangi sebagai marcusuar yang menuntun para nakhoda.

Tuhan membrkahi belitong dengan timah bukan agar kapal yang berlayar kepulau itu tidak menyimpang kelaut Cina Selatan, tetapi timah dialirkannya kesana untuk menjadi marcusuar bagi penduduk pulau itu sendiri. Adalah mereka telah semena-mena pada rezeki tuhan sehingga nanti terlunta-lunta seperti dikala tuhan menguji bangsa lemuria.? Kilau it uterus menyala sampai jauh malam. Eksploitasi timah besar-besaran secara nonstop diterangi ribuan lampu dengan energy jutaan kilowaat. Jika disaksikan dari udara, dimalam hari pulau belitong tampak seperti familia besar Ctenope, yakn ubur-ubur yang memancarkan cahaya terang berwarna biru dalam kegelapan laut, sendiri, kecil, bersinar indah dan kaya raya. Belitong melayang-layang di antara  selat gaspar dan karimata bakmutiara dalam tangkupan kerang.

Dan terberkatilah tanah yang dialiri timah karena ia seperti knautia yang dirubung berangam jenis lebah madu. Timah selalu mengikat material ikutan, yakni harta karun takternilai yang melimpah ruah: granit, zirconium, silica, snotim, monazite, ilmenit, siderite, hematite, clay, emas, galena, tembaga, kaolin, kuarsa dan topas.
Semuanya berlapis-lapis, meluap-luap, beribu-ribu ton di bawah rumah-rumah panggung kami. Kekayaan inia adalah bahan dasar kaca berkualitas paling tinggi, biji besi dan titanium yang berkualitas, material terbaik untuk superkonduktor, timah kosong Ilmenit yang digunakan laboratorium roket nasa sebagai material anti panas ekstream. Zirconium sebagai bahan dasar produk-produk tahan api, emas murni dan timah hitam yang amat mahal, bahkan kami memiliki sumber tenaga nuklir uranium yang kaya raya. Sema ini sangat kontradiktif dengan kimiskinan turun-temurun penduduk asli melayu belitong yang hidup berserakan diatasnya. Kami seperti sekawanan tikus paceklik dilumbung padi.

Belitung dalam batas kuasa eksklusif PN timah, adalah kota praja konstantinopel yang makmur. PN adalah penguasa tunggal Pulau Belitung yang termasyur di seluruh negri sebagai Pulau Timah. Nama itu tercetak disetiap buku geografi atau buku himpunan pengetahuan umum pustaka wajib sekolah dasar. PN amat kaya, Ia punya jalan raya, jembatan, pelabuhan, real estate, bendungan dok kapal, sarana telekomunikasi, air, listrik, rumah-rumah sakit, sarana olah raga termasuk beberapa padang golf, kelengkapan sarana hiburan, dan sekolah-sekolah, PN menjadikan Belitong sebuah pulau kecil seumpama desa perusahaan dengan asset triliunan rupiah.

PN merupakan penghasil timah nasional terbesar yang memperkerjakan tak kurang dari 14.00 orang. Ia menyerap hampir seluruh angkatan kerja belitong dan menghasilkan devisa jutaan dolar. Lahan eksploitasinya tak terbatas. Lahan itu disebut kuasa penambangan dan secara ketat dimonopoli. Legalitas ini memperoleh melalui pembayaran royalty, lebih pas disebut upeti miliaran rupiah kepada pemerintah. PN mengoperasikan 16 unit emmer bageratau kapal keruk bergerak lamban, mengorek isis bumi dengan 150 buah mangkuk-mangkuk baja raksasa, siang malam merambah laut, sungai dan rawa-rawa bersuara mengerikan laksana kawanan dinosaurus.


Di titik tertinggi siklus komidi putar, di masa keemasan itu, penumpang mabuk ketinggian dan tertidur nyenyak,  Melanjutkan mimpi gelap yang di tiupkan kolonialis. Sejak zaman penjajahan, sebagia paltfrom insfrastruktur ekonomi, Pn tidak hanya memonopoli factor produksi terpenting tapi juga tetapi  juga mewarisi mental bokbrok feodalistis ala belanda. Sementara seperti sering dialami oleh warga pribumi dimanapun yang sumberdaya alamnya dieksploitasi habis-habisan, sebagai komunitas di Belitong juga termarginalkan dalam ketidak adilan kompensasi tanah ulayat, persamaan kesempatan, dan trikle down effects.  

Next Chapter: 

No comments:

Popular Posts

Disqus Shortname

Comments system