Gambar By Google Image |
Sengsara Membawa Nikmat merupakan judul sebuah novel karangan Tulis Sutan Sati yang diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1929
Dengan latar belakang adat budaya Minangkabau, novel ini berkisah tentang pengembaraan seorang tokoh utamanya yang bernama Midun. Gambaran pengembaraan yang diceritakan cukup realistis serta tidak terpaku di wilayah Sumatera saja namun juga sampai ke pulau Jawa
Sinopsis: Tuanku Laras, kepala desa salah satu desa di Padang, mempunyai seorang keponakan bernama Kacak. Merasa mamaknya sebagai kepala desa yang disegani serta tergolong keluarga kaya, Kacak tak dapat menutupi kepohangan hatinya. Sikapnya yang angkuh dan sombong sungguh tak di sukai orang-orang di kampung itu.
Berbeda debgan Kacak, Midun, anak sulung seorang petani biasa, justru selalu di sukai banyak orang. Ayahnya, sungguh berbuat baik. Itulah sebabnya, Midun belajar mengaji, sekaligus ilmu silat kepad guru mengajinya, Haji Abbas dan Pendekar Sulatan. Kemahiaran nya dalam ilmu bela diri itu pun, sama sekali tidak membuatnya sombong. Perilakunya tetap terpuji.
Bagi kacak, perilaku Midun itu sangat menyebalkan. Ia tak senag orang-orang di kampungnya menyukai dan memuji tabiat pemuda miskin itu. Lalu, dicari-carinya kesalahan Midun. Lebih dari itu, Kaxak juga mengajaknya berkelahi. Namun dengan sabar Midun berusaha menghindari keributan. Ia meras lebih baik mengalah daripada ribut atau berkelahi yang tidak bermanfaat itu. Namun, kacak yabg menggap Midun sebagai musuhnya, justru menyerangnya secara membabi-buta. Berkat ilmu silat yang dimiliki pemuda penyabar itu, serangan-serangan Kacak selalu dapat dihindarinya. Terlalu mudah baginya mematahkan setiap serangan orang yang sudah dirasuk amarah itu.
Ketika diketahui bahwa Midun berhasil menyelamatkan istri Kacak yang nyaris tenggelam terbawa arus sungai, dendam Kacak makin berkobar. Ia mengangap Midun telah melakukan perbuatan kurang ajar dan telah berani memegang wanita yang bukan istrinya. Lalu,untuk kedua kalinya,Kacak berusaha menyerang pemuda yab=ng telah menyelamtakn istrinya itu. Kali ini, Midun meladeninya, dan laki-laki tak tahudiri itu, dengan mudah dibuatnya jatuh-bangun.
Buntut peristiwa itu memaksa Midun menerima hukuman berupa keharusan mengerjakan apa saja yang di perinyahkan Tuanku Laras. Orang yang mengawasinya selama ia menjalani ‘’hukuman’’ itu tidak lain adalah Kacak sendiri. Pukulan dan caci-maki keponakan kepala desa itu pun, terpaksa di terima midun dengan pasrah.
Rupanya, Kacak sendiri belum juga puas melihat Midun masih berkeliaran di desa itu. Ia pun bertekad untuk membunuhnya. Kemudian secara diam-diam,ia menyuruh Lenggang, seorang pembunuh bayaran,untuk melakukan rencananya. Siasat pun diatur. Sesuai dengan rencana, ketika Midun dan Maun,sahabatnya,mencari warung nasi saat berlangsung pacuan kuda, Lenggang tiba-tiba menyerang Midun dengan pisau terhunus. Beruntung,Midun dapat menggelak. Terjadilah perkelahian yang membuat panik orang-orang di sekitarnya.Polisi kemudian datang menangkap mereka. Setelah di periksa, Maun yang tak bersalah, diizinkan pulang. Sebaliknya, Midun dinyatakan bersalah. Ia ditahan dan dibawa ke penjara Padang. Kacak yang mendengar berita tersebut, merasa sangat senang. Orang yang ia anggap musuh itu, kini mendekam di penjara.
Baca Selengkapnya 178 Halaman: Sengsara Memabawa Nikmat
No comments:
Post a Comment